Akhirnya saya kesampaian juga nonton film Hello Goodbye.
Kenapa saya begitu bernafsu nonton film besutan Titien Wattimena itu? Pertama
karena saya sudah penasaran berbulan-bulan setelah salah seorang teman saya
yang cukup tau soal film merekomendasikan film ini sebagai film wajib tonton.
Kedua, ada Rio Dewanto yang oke doke, hohoho
Alkisah suatu hari seorang staf kedutaan besar RI di Busan
Korea bernama Endah (diperankan Atiqah Hasiholan) mendapat tugas menemani duta
besar ke pelabuhan Busan. Ternyata ada seorang anak buah kapal berkewarganegaraan
Indonesia yang mengalami serangan jantung dan mesti di rawat di rumah sakit
setempat. Perawatan ABK tersebut otomatis menjadi tanggung jawab dari KBRI dan
disitulah perkenalan antara Endah dan Abimanyu (diperankan Rio Dewanto) dimulai
karena secara khusus Endah lah yang diserahi tanggung jawab untuk memantau
perkembangan Abi selama dirawat.
Endah digambarkan sebagai sosok introvert. Hidupnya dijejali dengan rutinitas-rutinitas yang
membuatnya bosan sendiri. Ia gemar membaca buku-buku motivasi, mengutip quote dari orang-orang terkenal, rajin menulis
target, tujuan dan semua hal yang ia anggap penting dalam sebuah notes. Ia juga
memiliki kebiasaan menempel target, tujuan dan quote itu di meja kerjanya. Oh ya, ada satu lagi penggambaran
dirinya sebagai sosok introvert yaitu
soal kebiasaannya memakai baju gelap.
Tugas baru Endah untuk menjaga Abi begitu menguras
energinya.. Abi begitu temperamen, tidak mau makan dan minum obat. Beberapa
kali mereka beradu argumen bahkan dengan kasar Abi pernah melempar obatnya dan
memukul Endah. Sempat ia hendak mengundurkan diri dan meminta tugas tersebut
digantikan oleh staf KBRI lain, tapi diurungkannya sendiri. Sekalipun lebih
banyak tegangnya, tetapi ada pula adegan di rumah sakit yang sukses membuat tertawa,
itu soal Abi yang tidak tahu bahasa Korea dan perawat yang tidak paham bahasa
Indonesia, hehehe.
Perlahan, hubungan Endah dan Abi menjadi lebih baik.
Sesekali mereka bertukar cerita mulai dari hal remeh temeh, keluarga hingga
cita-cita. Tak jarang Endah mengajak Abi menghirup udara luar dengan kursi
roda. Salah satu dialog yang saya suka adalah saat Endah membaca buku mengenai
cara menggapai tujuan hidup dimana Abi kemudian meminta tolong untuk di
ambilkan paspornya. Abi berkomentar, “Daripada bukumu itu aku lebih tertarik
dengan pasporku yang kecil ini. Dia sudah membawaku ke berbagai tempat.”. Cukup
menohok memang, tapi memang benar adanya. Rencana, tujuan tidak akan membawa
kita kemana-mana tanpa adanya langkah nyata.
Banyak dialog yang menurut saya cukup bagus mengenai
pemaknaan proses hidup. Seperti yang
diucapkan Endah pada Abi di taman sewaktu mereka bersitegang mengenai rencana
kepulangan Abi, “Menyesali perpisahan sama saja mengutuk pertemuan”. Saya
menginterpretasikan percakapan itu sebagai pesan untuk lagi-lagi menikmati
proses.
Seiring dengan kesembuhannya, Abi dalam waktu dekat akan
dipulangkan ke Indonesia. Pada awalnya kepulangan Abi secepat mungkin memang
diharapkan oleh Endah. Tetapi di detik-detik akhir saat harapannya itu akan
terwujud justru ia merasa sedih. Kenapa? Klasik. Soal cinta, cieciecieee, hehe.
Dimulai dari benci, ternyata perlahan tetapi pasti Endah dan Abi saling jatuh
cinta. Tapi Abi memang harus pulang. Kepulangan Abi sempat membuat saya
berpikir ini cerita bakal sad ending.
Lampu bioskop pun dinyalakan saat credit
title keluar.
Tet teretetet, ternyata pada ketipu, hahaha, Ternyata masih
ada lanjutannya sekian menit. Dengan rona aura yang lebih positif sosok Endah
muncul, berjalan dan menyusuri jalanan khas Korea, tiba-tiba pandangannya
tertarik oleh sosok laki-laki yang duduk seorang diri di taman dengan sebatang
rokok dihisapnya tanpa asap mengepul. Yeyeye, dia Abi, dia kembali ke Korea
untuk menemui Endah. Jadi, gak jadi sad ending sodara-sodara.
Dari segi bahasa saya senang film ini menggunakan bahasa
Indonesia meski disisipi pula dengan penggunaan bahasa Korea untuk dialog
dengan penduduk setempat. Saya kurang sepakat dengan film Indonesia (aktor
& aktrisnya orang Indonesia) tapi pakai bahasa Inggris seperti yang terjadi
pada film Modus Anomali. Dari segi cerita Modus Anomali bagus, pemeran utamanya
Rio Dewanto juga, tapi jadi kurang oke karena pakai bahasa Inggris dengan aksen
yang aneh, khas Asia. Dalam film Hello Goodbye ini saya memuji kemampuan bahasa
Korea Atiqah yang cukup bagus.
Soal pemilihan lokasi, awalnya saya berpikir ini ngepasin
momen banget deh. Korea dipilih sebagai lokasi karena di dunia dan Indonesia
sendiri tengah demam Korea. Tapi ternyata gak ngasal juga kok. Busan yang
merupakan kota pelabuhan pas menjadi latar cerita yang banyak menggunakan
analogi “perlautan” khususnya keluar dari mulut Abi yang merupakan ABK.
Oh iya, saya juga suka soundtracknya yang dinyanyikan oleh
penyanyi Korea bernama Eru ft. Atiqah. Dengan scoring khas a la korea, lagu
berjudul Black glasses itu begitu syahdu. Ternyata suara Atiqah bagus juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar